Gang Kecil
Lewat gang kecil ini rindu menemuimu
Satu pintu, satu kamar, tanpa jendela
Kau menyusun huruf-huruf kehidupan
Mengejanya bersama istri dan kedua anakmu
Hidup cuma kontrak; tak ada yang dicemaskan
Guratan wajah kian keras, gambaran keyakinan
Mempertegas kristal tetes peluh.
Terus saja kauajarkan membaca kehidupan
kepada anak-anak, meski nafasnya sering sesak
ruangan sempit tak seluas dunia pandang teguhmu
seringkali aku malu, bahkan menangis
kau tak pernah menggerutu, apalagi memaki-maki
harga-harga kebutuhan hidup selalu melambung tinggi
kau jaga lambung keluargamu dari makanan panas
api neraka.
Kau selalu terjaga dan bangkit serta 
menyobek-nyobek mimpi buruk tiap malam
Sungguh, menangisku bukan iba
Tetapi betapa ringkihnya diriku
Yang selalu kenyang kelezatan dunia
Miskin rasa syukur kepadaNya
(dan kau sering mengolok-olok
bahwa aku cengeng, gampang mabuk
memandang kedip bintang-bintang malam hari)
aku sakit sepanjang usia,
tapi kukunyah keluh kesah, rintih luka
dengan senyum cahaya
sebab tiga langkah masjid Agung
tempat tumpahkan rindu tak terbendung
tempat kebangkitan cahaya tiap subuh tiba
lalu punguti serpihan-serpihan kenyataan
setiap kali helaan nafas; katamu
(ini kali air mata hati meledak menjelma gerimis
lewat gang kecil ini, kau titi jalan cahaya
yang amat luas remuk redam tak habis-habis)   
studio emprak, 24408
